”Kalau mau menjadi orang yang pendiriannya istiqomah dalam ahlussunnah wal jamaah, tauhidnya harus dipertahankan. Jangan sampai goyah oleh tauhid-tauhid yang baru!”
Begitulah pesan Kiai As’ad kepada para santrinya. Istilah ahlussunnah wal jamaah terdiri dari tiga kata, yaitu kata "Ahlu", "Sunnah" dan "Jama'ah" . "Ahlu" memiliki arti pemilik atau memiliki keahlian. Sedangkan yang dimaksud "Sunnah" adalah petunjuk yang diajarkan Nabi dan sahabatnya, baik berupa perkataan, perbuatan atau ketetapannya. Sementara kata "Jama'ah" dapat diartikan sebagai sekumpulan umat Islam dari golongan sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in serta mereka yang mengikuti jejak langkah para tabi'it tabi'in yang konsisten atas Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Dalam sebuah Hadits dari Sunan At-Turmudzi disebutkan, "Dari Abdullah bin 'Amr, dia berkata : Rasulullah SAW. bersabda : Sungguh benar-benar akan terjadi apa yang pernah terjadi pada Bani Israil, (kesamaan antara kita dengan Bani Israil) sama seperti lurusnya sandal (kanan dan kiri), sampai-sampai seandainya di antara mereka (bani Israil) ada yang berani menggauli ibunya terang-terangan, bisa dipastikan di antara umatku ada yang melakukan hal yang sama, dan sesungguhnya Bani Israil akan terpecah menjadi 72 golongan, dan sesungguhnya umat ini (Islam) akan terpecah menjadi 73 golongan, seluruhnya mendekam dalam neraka kecuali satu golongan. Kemudian para sahabat bertanya : Siapakah golongan yang satu itu Ya Rasululallah. Beliau menjawab: (mereka) adalah (kelompok) yang meneladani apa yang aku lakukan dan yang dilakukan oleh para sahabatku.
Dari hadist tersebut jelaslah bahwa Al-Jama'ah (kelompok besar) yang akan menjadi penghuni surga adalah umat Islam yang konsisten menjaga ajaran baginda Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, yang kemudian dilanjutkan oleh para salafunas shalih (para ulama pendahulu kita yang shaleh) hingga para ulama yang shalih di sekitar kita.
0 komentar:
Posting Komentar