Kamis, 01 Maret 2012

Tatakrama Orang Alim

“Ada seorang muballigh bilang: kalau kalian tidak mengikuti pilihan saya, kembalikan ilmunya kepada saya! Jek kiai wajib mengajar. Ilmu itu disuruh disebarluaskan! Ilmu itu milik Allah, bukan disuruh untuk dikembalikan. Ilmu itu milik Allah. Itu tidak boleh. Kalau ada kiai bilang seperti itu, saat itu kiainya kurang waras. Kok ada ilmunya Allah ditagih kembali?”
Begitulah dawuh Kiai As’ad kepada warga Nahdliyyin setelah Pemilu beberapa tahun yang lalu. Kiai As’ad menyindir beberapa kiai yang terlalu berlebih-lebihan. Misalnya, ketika sang santri tidak mengikuti pilihannya, ia berkata: kembalikan ilmu saya! Padahal menurut Kiai As’ad, ilmu tersebut mutlak milik Allah. Sedang kiai hanyalah bertugas menyebarkan ilmu tersebut. Kalau kiai mengatakan akan menarik ilmunya, menurut Kiai As’ad, saat itu berarti sang kiai tersebut kurang waras. Kiai tersebut, kurang memperhatikan tatakrama sebagai orang alim.
Dalam Imam Al-Ghazali dan KH. Hasyim Asy’ari, salah satu tatakrama orang alim (termasuk guru) dalam interaksi sosialnya harus berakhlak mulia. Di antaranya: raut mukanya selalu cerah, memberi salam terlebih dulu, lemah lembut dan tidak suka membentak, lapang dada, menahan marah dan tidak emosional, peduli, bertanggung jawab, serta tidak menyakiti dan berbelas kasih kepada santri.

1 komentar:

Fathur Rohman Muddassir mengatakan...

Hanya hidayah Allah yang dapat menjadikan kita berakhlaq mulia sebagai guru, ustadz, kiai dsb. semoga Allah memberikan kemampuan bagi kita semua untuk berakhaqul karimah...amin

Posting Komentar

Share