Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, KHR. Ach. Fawaid As’ad meminta kepada para alumni agar menulis tentang sejarah perjalanan Pondok Pesantren Sukorejo. Beliau meminta kepada para alumni menulis tentang Pesantren Sukorejo dari berbagai aspek sesuai dengan keahliannya. Karya tulis alumni tersebut akan dikumpulkan dan dibukukan untuk menyambut peringatan satu abad Pondok Sukorejo, pada tahun 2014 nanti.
Permintaan Kiai Fawaid tersebut, beliau sampaikan pada acara “Reuni Alumni dan Pelantikan Pengurus Pusat Iksass”, malam Ahad kemarin di Aula Putra. Kiai Fawaid juga meminta alumni Sukorejo yang mempunyai keahlian dalam bidang tulis-menulis agar menulis tentang sejarah Kiai As’ad, terutama peran Kiai As’ad sebagai mediator berdirinya NU. Sebab sejarah Kiai As’ad tersebut mulai dilupakan orang. “Sejarah Kiai As’ad jangan sampai hilang,” pesannya.
Kiai Fawaid merasa prihatin, sebab peran Kiai As’ad sebagai mediator penyampai isyarah berdirinya NU dari Kiai Cholil Bangkalan ke Kiai Hasyim hampir tidak tertulis dalam buku-buku sejarah NU. Namun di sisi lain, Kiai Fawaid menyadari hal itu. Karena, menurut Kiai Fawaid, ketika Kiai As’ad masih hidup, Kiai As’ad tidak mau sejarahnya ditulis. Begitu pula, tidak ada saksi hidup yang menjelaskan hal itu.
Bahkan yang memprihatinkan juga, peran Kiai As’ad dalam sejarah Khittah NU mulai dilupakan kalangan sejarahwan. Padahal kalau menyebut Khittah, peran Kiai As’ad dan Pondok Pesantren Sukorejo, sebagai tempat Muktamar ke-27 NU yang menghasilkan keputusan Khittah amatlah besar. “Karena itu, saya meminta santri Sukorejo menulis peran Kiai As’ad,” imbuhnya.
Memang, buku-buku yang ditulis santri atau pengurus Pesantren Sukorejo tentang Kiai As’ad sangat minim. Buku-buku tersebut antara lain “Leluhur KHR. As’ad Syamsul Arifin” karya KH. Dhofier Munawar dkk, : “KHR. As’ad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya” (biografi yang disusun tim Ponpes Sukorejo yang diketuai oleh KH. Hasan Basri), “Percik-Percik Pemikiran Kiai Salaf” (buku yang berasal dari kumpulan pidato Kiai As’ad yang disunting oleh Masykuri Isma’il dan Syamsul A. Hasan), “Politik Kiai Pesantren: Intisari Pemikiran Politik KHR. As’ad Syamsul Arifin dan KHR. Ach. Fawaid” yang karya Ach. Muhyiddin Chotib dan Syamsul A. Hasan, serta buku “Kharisma Kiai As’ad di Mata Umat” karya Syamsul A. Hasan.
Dalam buku Percik-percik, Kiai As’ad mengisahkan peran beliau dalam penyampai isyarah Kiai Cholil Bangkalan kepada Kiai Hasyim Asy’ari. Saat itu, Kiai As’ad masih nyantri di Bangkalan. Kiai Cholil memberi uang sebagai ongkos perjalanan ke Tebuireng. Tapi uang tersebut disimpan Kiai As’ad. “Bahkan uang tersebut ada sampai sekarang. Saya menyimpannya,” tutur Kiai Fawaid.
Agar sejarah Kiai As’ad tidak hilang begitu saja, Kiai Fawaid kemudian meminta Humas Pesantren dan Radio Bhasa menyebarluaskan wasiat-wasiat Kiai As’ad. Beberapa petikan pesan Kiai As’ad tersebut, dapat didengar di Radio Bhasa setiap Jum’at pagi jam 06.00 sampai 07.00 dalam acara Majalah Udara Salaf. Pesan-pesan Kiai As’ad tersebut juga bisa dibaca di Tabloid Mini Salaf dan http://tabloidsukorejo.blogspot.com
Permintaan Kiai Fawaid kepada para alumni Sukorejo agar menulis tentang sejarah Pesantren Sukorejo dan Kiai As’ad tersebut amat menarik. Beliau juga pernah meminta kepada para panita perlombaan di Pondok Sukorejo, agar dalam lomba pidato atau Syair temanya tentang Kiai As’ad. Ini semua agar sejarah Kiai As’ad tidak hilang begitu saja.
Bahkan satu hasil pokok pikiran dan rekomendasi Mubes VIII Iksass Alumni, juga menghimbau agar sejarah Kiai As’ad tetap melekat di hati para santri. Pokok rekomendasi tersebut adalah hendaknya Pesantren membuat buku yang memuat historis dan nilai-nilai perjuangan para pendiri dan pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang kemudian dimasukkan ke dalam kurikulum lokal, khususnya untuk para santri yang akan memasuki jenjang pendidikan akhir.
Dengan menulis sejarah Kiai As’ad diharapkan kita mampu meneladani perilaku beliau. Apalagi Kiai As’ad pernah dawuh, “Pelajarilah sejarah! Karena nanti, kalianlah yang menjadi pelaku sejarah itu sendiri...” (*)
0 komentar:
Posting Komentar